Di wilayah kekuasaan Dotu Rumengan yakni di gunung Mahawu, terdapat
suatu batu yang berbentuk kursi atau kadera, tepatnya di kebun Limbaan.
Batu kadera (pahrumezan) ini sudah dari sejak zaman batu atau zaman
prasejarah keberadaannya sesuai dengan kehidupan leluhur waktu itu
dimasa lampau.
Batu ini disebut batu kadera atau pahrumezan karena bentuknya sama
dengan kadera dan dizaman leluhur waktu itu digunakan sebagai tempat
duduk pada waktu beristirahat kalau melewati tempat itu dalam rangka
berburu. Leluhur ini bernama Tumalun = orang yang tinggal di hutan dan
pekerjaannya memburu binatang. Tumalun biasanya kalau melakukan
perburuan biasanya ditemani oleh beberapa ekor anjing sebagai teman
berburunya, dan seluruh wilayah hutan serta seluk-beluk isi hutan sudah
dikuasainya.
Dalam hal ini bisa dikatakan orang yang menguasai hutan hampir di
seluruh Malesung ini, dan ilmu tentang hutan juga dikuasainya. Tumalun
bertempat tinggal di sebuah goa yang terdapat di wilayah gunung Mahawu
beserta dengan beberapa ekor anjingnya. Pada waktu menjelajahi hutan
biasanya sesampai di batu kadera tadi maka Tumalun melakukan
peristirahatan sambil duduk dan mengamati wilayah hutan di wilayah ini.
Dari hal inilah maka tempat ini dinamakan “watu Pahrumezan di Tumalun”, atau batu tempat duduk dari
Tumalun ketika beristirahat, dan sampai zaman sekarang ini para tua-tua
di kampung dari sejak dahulu sampai sekarang masih ada yang melakukan
upacara ritual adat untuk penghormatan kepada sang penguasa hutan ini
di tempat yang dimaksud tadi. Batu kadera ini sampai sekarang kita bisa
jumpai yang terdapat di lereng gunung Mahawu yakni dikebun yang
bernama kebun Limbaan yang artinya adalah suatu tempat yang lebih dari
tempat-tempat lainnya. Dan bila kita ke tempat atau ke wilayah watu
pahzaruan yang terdapat di wilayah nawanua kinaskas dekat dengan
pekuburan leluhur (waruga) kira-kira berjarak +
500 meter dari tempat ini terdapat suatu meja dari batu, yang biasanya
tempat meletakkan dari pada hasil buruan dan sebagai tempat ucapan
syukur dari pada leluhur ini, yakni Tumalun waktu itu. Batu meja ini
atau “watu pahzetaan ni Tumalun” ini sudah tidak jauh dari batu utama di
tempat ini yakni batu 3 baku mangada (watu pahzaruan) yang biasanya
ditempat ini daripada anak-anak Toar dan Lumimuut mengadakan pertemuan
di zaman waktu itu, diantaranya yakni Pinontoan, Rumengan dan Soputan.
Jarak dari batu 3 baku mangada kearah Utara hanya sekitar +
9 meter dari batu ini dan lokasi tempat batu-batu ini berada sekarang
yang disebut kebun sarang. Demikianlah riwayat tempat-tempat baik
sebagai tempat peristirahatan dan meja pahzetaan dari pada leluhur si
penguasa hutan waktu itu yakni Tumalun yang sampai sekarang kita bisa
jumpainya di kedua tempat tadi yang berada di wilayah Kinaskas atau
kakaskasen sekarang.