Rabu, 18 Juli 2012

PENGERTIAN OPO SESUAI TRADISI ADAT KEPERCAYAAN TOU MINAHASA




   Tradisi Tou Minahasa sejak jaman dahulu atau jaman di kenal jaman Malesung mereka sangat menghargai atau menghormati orang yang lebih Tua dari mereka. Mereka itulah leluhur orang minahasa yakni sekelompok keluarga anak-teranak opo Toar dan Lumimuut. Pemahaman Orang Tertua dari mereka adalah yang menjadi panutan atau contoh berperilaku hidup yang sangat berbudi luhur dan sangat menjunjung makna moral itu sendiri. Pemahaman ini sangat tertanam dalam jiwa mereka atas perilaku dalam kehidupan sehari-harinya. Orang tertua yang di maksud tadi menyebutnya dengan sebutan opo sebagai panutan atau si pemberi contoh hidup yang baik. Sebutan opo secara tradisi adat Tou minahasa sudah menjadi turun-temurun sampai di jaman sekarang hal ini  mulai dari leluhur pertama mereka yakni opo Karema, opo Toar  dan  opo Lumimuut sampai kepada keturunannya. Pemahaman kami atas dasar tradisi leluhur pertama inilah dengan menyebutkan opo (orang tertua) bahwa mereka percaya sebelum mereka yang  menciptakan dan memeliharanya, orang tertua tersebutlah yang mereka sebut opo dan lebuh kusus lagi di sebut  opo Empung si yang menciptakan dan memelihara semua isi bumi ini yang juga di sebut sebagai si Makatana artinya Tuan Tana, istilah inilah yang menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupan sehari-harinya yang sangat di yakini dan di percaya yang juga akhirnya menjadi suatu tradisi turun temurun sebagai Tou Minahasa masih sampai saat ini. Sebutan opo merupakan dasar hidup mereka karena dialah yang di anggap sang pemberi hidup dan mati dalam kehidupan di dunia ini. Di lihat dari permasalahan di atas maka terjadi dan terbentuk suatu kebiasaan dari pada leluhur orang Minahasa bahwa kata opo merupakan suatu kata yang di nilai sangat berbudi luhur yang menjadi Panutan atau contoh hidup mereka. Jadi dapat kami simpulkan bahwa sebutan kata opo sangat sakral yang punya nilai kesucian. Sebutan opo tercipta karena leluhur kita waktu itu mendapatkan berupa ilham atau petunjuk-petunjuk dari sang pencipta di luar naluri kemampuan manusia, namun karena dalam kehidupannya leluhur kita waktu itu belum mengenal perilaku tidak baik dan mempunyai batas kemampuan berpikir walau cukup di beri akal budi tapi karena hubungan kedekatan dengan sang opo Empung dengan mereka begitu dekatnya hingga ilham itu datang dengan sendirinya sampai mereka mengerti sesungguhnya ada yang menghidupkan dan memelihara mereka  serta seisi bumi ini. Lambat-laun istilah opo di pakai dan di akui serta di terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan orang yang lebih tua dari mereka setelah meninggal di sebut opo karena oreng tua dari mereka itu dalam hidupnya berperilaku baik kesehariannya mencontohi perilaku yang mereka sebut si pencipta dan pemelihara mereka dan seisi bumi ini yakni si Makatana atau di sebut opo Empung. bahkan tradisi pemakaman leluhur Tou Minahasa waktu itu yakni memakamkan orang yang meninggal dengan cara di masukan kedalam makam yang di sebut Waruga dengan cara duduk posisi merunduk yakni dagu menyentuh lutut sama halnya saat seorang bayi posisi berada dalam rahim ibunya yang mereka yakini orang yang meninggal tersebut Jiwa atau Rohnya tetap hidup walau Raganya mati, tradisi pemakaman ini sudah menjadi turun-temurun sejak dari Tou Minahasa di jaman dahulu dan orang yang meninggal tersebut di sebut opo karena anggapan mereka orang tersebut dalam hidupnya berperilaku baik keseharian dan di anggap orang yang meninggal tersebut adalah opo suci setelah meninggal dan menjadi pengikut atau wakil dari opo Empung. dari penilaian kami penyebutan atas nama atau gelar opo itu sesungguhnya tidak di berikan nama dengan begitu saja, tetapi sesuai tradisi adat kepercayaan leluhur Tou Minahasa waktu itu bahwa orang yang meninggal tersebut sesuai kriteria adat sewaktu hidupnya seperti yang sudah di jelaskan tadi. Dapat di katakan pula bahwa tradisi adat Tou Minahasa sesungguhnya mencerminkan Tauladan Tuhan yang tak dapat mereka langgar dan menjadi cermin hidup mereka dalam keseharian. Dalam kehidupan leluhur Tou Minahasa mereka belum mengenal siapa sesungguhnya nama yang sebenarnya dari yang mereka sebut opo Empung karena masih masuk pada masa sebelum Tuhan Yesus ada yakni masuk pada jaman perjanjian lama sesuai pada firman Tuhan dalam Alkitab sebagai kitab suci orang Kristen, serta masa ini masih masuk pada jaman Minahasa masih bernama status Malesung yakni di jaman pra-sejarah atau jaman sebelum adanya sejarah. Jadi menurut pemahaman kami sebutan opo atau orang yang tertua dan di anggap suci mempunyai tahapan atau urutan berdasarkan tradisi kepercayaan Tou Minahasa waktu itu yakni opo yang di sebut opo Empung yang menciptakan mereka dan memeliharanya juga di sebut si penguasa bumi ini yang mereka sebut juga si Makatana atau Tuan Tana dan orang yang di anggap tua atau leluhur Minahasa di masa hidupnya berperilaku baik dan sesuai adat tradisi Minahasa merekalah para Orang Suci yang menjadi Wakil Tuhan atau Wakil opo Empung maka dari itu di sebut opo atau opo-opo Suci Tou Minahasa  sebutan opo sesuai tradisi Tou Minahasa adalah leluhur suci yang merupakan wakil Tuhan (opo Empung). selain opo Empung sebagai pencipta dan pemelihara seisi bumi ini dialah si opo Empung Wailan Wangko Yesus Kristus.
Demikianlah pengertian apa yang di maksudkan dengan sebutan OPO sesuai tradisi adat dan kepercayaan TOU MINAHASA.

PAKATUAN WO PAKALAWIREN
 I  JAJAT  U SANTI
Sumber  :  Minaesaan Tombulu Sulut