Tradisi Tou Minahasa sejak jaman
dahulu atau jaman di kenal jaman Malesung
mereka sangat menghargai atau menghormati orang yang lebih Tua dari mereka.
Mereka itulah leluhur orang minahasa yakni sekelompok keluarga anak-teranak opo
Toar dan Lumimuut. Pemahaman Orang Tertua dari mereka adalah yang menjadi
panutan atau contoh berperilaku hidup yang sangat berbudi luhur dan sangat menjunjung
makna moral itu sendiri. Pemahaman ini sangat tertanam dalam jiwa mereka atas
perilaku dalam kehidupan sehari-harinya. Orang tertua yang di maksud tadi
menyebutnya dengan sebutan opo sebagai
panutan atau si pemberi contoh hidup yang baik. Sebutan opo secara tradisi adat Tou minahasa sudah menjadi turun-temurun
sampai di jaman sekarang hal ini mulai
dari leluhur pertama mereka yakni opo Karema,
opo Toar dan opo Lumimuut sampai kepada
keturunannya. Pemahaman kami atas dasar tradisi leluhur pertama inilah dengan
menyebutkan opo (orang tertua) bahwa
mereka percaya sebelum mereka yang menciptakan dan memeliharanya, orang tertua
tersebutlah yang mereka sebut opo dan
lebuh kusus lagi di sebut opo Empung si yang menciptakan dan
memelihara semua isi bumi ini yang juga di sebut sebagai si Makatana artinya Tuan
Tana, istilah inilah yang menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupan
sehari-harinya yang sangat di yakini dan di percaya yang juga akhirnya menjadi
suatu tradisi turun temurun sebagai Tou
Minahasa masih sampai saat ini. Sebutan opo merupakan dasar hidup mereka karena dialah yang di anggap sang
pemberi hidup dan mati dalam kehidupan di dunia ini. Di lihat dari permasalahan
di atas maka terjadi dan terbentuk suatu kebiasaan dari pada leluhur orang
Minahasa bahwa kata opo merupakan
suatu kata yang di nilai sangat berbudi luhur yang menjadi Panutan atau contoh hidup mereka. Jadi dapat kami simpulkan bahwa
sebutan kata opo sangat sakral yang punya nilai kesucian. Sebutan
opo tercipta karena leluhur kita
waktu itu mendapatkan berupa ilham atau
petunjuk-petunjuk dari sang pencipta di luar naluri kemampuan manusia, namun
karena dalam kehidupannya leluhur kita waktu itu belum mengenal perilaku tidak
baik dan mempunyai batas kemampuan berpikir walau cukup di beri akal budi tapi
karena hubungan kedekatan dengan sang
opo Empung dengan mereka begitu
dekatnya hingga ilham itu datang dengan sendirinya sampai mereka mengerti
sesungguhnya ada yang menghidupkan dan memelihara mereka serta seisi bumi ini. Lambat-laun istilah opo di pakai dan di
akui serta di terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan orang yang lebih
tua dari mereka setelah meninggal di sebut opo
karena oreng tua dari mereka itu dalam hidupnya berperilaku baik
kesehariannya mencontohi perilaku yang mereka sebut si pencipta dan pemelihara
mereka dan seisi bumi ini yakni si
Makatana atau di sebut opo Empung. bahkan
tradisi pemakaman leluhur Tou Minahasa waktu itu yakni memakamkan orang yang
meninggal dengan cara di masukan kedalam makam yang di sebut Waruga dengan cara duduk posisi
merunduk yakni dagu menyentuh lutut sama halnya saat seorang bayi posisi berada
dalam rahim ibunya yang mereka yakini orang yang meninggal tersebut Jiwa atau Rohnya tetap hidup walau Raganya
mati, tradisi pemakaman ini sudah menjadi turun-temurun sejak dari Tou Minahasa di
jaman dahulu dan orang yang meninggal tersebut di sebut opo karena anggapan mereka orang tersebut dalam hidupnya
berperilaku baik keseharian dan di anggap orang yang meninggal tersebut adalah opo suci setelah meninggal dan menjadi
pengikut atau wakil dari opo Empung. dari
penilaian kami penyebutan atas nama atau gelar opo itu sesungguhnya tidak di berikan nama dengan begitu saja,
tetapi sesuai tradisi adat kepercayaan leluhur Tou Minahasa waktu itu bahwa
orang yang meninggal tersebut sesuai kriteria adat sewaktu hidupnya seperti
yang sudah di jelaskan tadi. Dapat di katakan pula bahwa tradisi adat Tou
Minahasa sesungguhnya mencerminkan Tauladan Tuhan yang tak dapat mereka langgar
dan menjadi cermin hidup mereka dalam keseharian. Dalam kehidupan leluhur Tou
Minahasa mereka belum mengenal siapa sesungguhnya nama yang sebenarnya dari
yang mereka sebut opo Empung karena
masih masuk pada masa sebelum Tuhan Yesus ada yakni masuk pada jaman perjanjian
lama sesuai pada firman Tuhan dalam Alkitab sebagai kitab suci orang Kristen,
serta masa ini masih masuk pada jaman Minahasa masih bernama status Malesung yakni di jaman pra-sejarah
atau jaman sebelum adanya sejarah. Jadi menurut pemahaman kami sebutan opo atau orang yang tertua dan di
anggap suci mempunyai tahapan atau urutan berdasarkan tradisi kepercayaan Tou
Minahasa waktu itu yakni opo yang di
sebut opo Empung yang menciptakan
mereka dan memeliharanya juga di sebut si penguasa bumi ini yang mereka sebut
juga si Makatana atau Tuan Tana dan orang yang di anggap tua
atau leluhur Minahasa di masa hidupnya berperilaku baik dan sesuai adat tradisi
Minahasa merekalah para Orang Suci yang
menjadi Wakil Tuhan atau Wakil opo
Empung maka dari itu di sebut opo atau
opo-opo Suci Tou Minahasa sebutan opo
sesuai tradisi Tou Minahasa adalah leluhur suci yang merupakan wakil Tuhan
(opo Empung). selain opo Empung sebagai pencipta dan
pemelihara seisi bumi ini dialah si opo
Empung Wailan Wangko Yesus Kristus.
Demikianlah pengertian apa yang
di maksudkan dengan sebutan OPO sesuai
tradisi adat dan kepercayaan TOU
MINAHASA.
PAKATUAN WO PAKALAWIREN
I JAJAT
U SANTI
Sumber : Minaesaan
Tombulu Sulut