Di Tombulu pada jaman Malesung,
terdapat sebuah wale watu
yaitu tempat tinggal dari leluhur si penguasa di Gunung Mahawu yakni Rumengan beserta
keturunannya. Konon sebelum di tempati oleh Rumengan Wale watu atau berupa Goa
dari batu tersebut telah di tempati oleh opo Toar dan Lumimuut
serta yang membesarkan anak-anak mereka di tempati, dan setelah anak mereka
dewasa maka sebagian menyebar di beberapa gunung yang terdapat di seluruh tanah
Malesung hingga berketurunan. Toar dan Lumimuut akhirnya memutuskan si Rumengan
yang harus menempati Wale Watu tersebut
sesuai dengan namanya yang berarti Rengan-Rengaan artinya dia yang teratas atas
amanah Toar dan Lumimuut tadi maka jelas Rumengan si penguasa serta yang
mengawasi di Gunung Mahawu. Akhirnya atas izin Rumengan opo Tumalun yang di beri kuasa oleh
Rumengan ikut mengawasi wilayah hutan di Gunung Mahawu dan sempat mendiami Wale
watu atau Goa tersebut dalam waktu cukup lama sampai ia dewasa. Wale Watu atau
Goa opo Rumengan ini biasanya di sebut dengan Goa Susuripen artinya Goa yang
bila kita masuk akan mendapat berupa ruangan atau kamar-kamar yang ruangannya
ada yang besar kecil,dan bahkan pintu masuk ruangan sempit. Wale Watu atau Goa
Susuripen tersebut pintu masuk goa cukup besar dan bila memasukinya lama
kelamaan mengecil hingga sampai di ujung goa terdapat sebuah meja datar sebagai
tempat meletakan Sirih-Pinang isthilanya Mahwetang
dalam Bahasa Tombulu atau kebiasaan serupa dalam hal kepentingan adat seperti Upacara Rumages di tempat itu
oleh para leluhur secara turun-temurun samapai kepada para Walian maupun Tonaas
di jaman sekarang sering mangadakan upacara-upacara tersebut. Sebelum masuk
pintu goa dari Wale Watu di sebelah kiri terdapat sebuah batu datar yang
biasanya di gunakan tempat balapas {Mahweteng} sebagai tanda minta izin atau di
sebut Zumigi dengan maksud balapas terlebih dahulu Sirih-Pinang atau lintingan
Tembakau yang dilakukan oleh seorang Tonaas dengan maksud agar dapat di izinkan
memasuki goa atau wale watu hingga kembali nantinya tidak terjadi hal-hal yang
tidak kita inginkan . Wale Watu atau
Goa Susuripen Opo Rumengan ini
diperkirakan panjannya dari mulut goa hingga ke ujung gua sekitar kurang lebih
berjarak 500 meter dengan keadaan gelap-gulitadan dinding goa terdiri dari
bebatuan sampai ke ujung goa serta di kiri-kana dinding goa terdapat sumber
mata air yang jernih yang biasanya sesuai tradisi masyarakat sekitar atau para
Tonaas di pakai dalam keperluan pengobatan bagi orang yang sakit dan keperluan
lainnya. Konon secara tradisi kepercayaan adat masyarakat sekitar bahwa bilamana
memasuki wale watu atau goa susuripen tersebut tidak diperbolehkan rebut karena
dapat terjadi hal hal yang tidak di inginkan seperti orang yang melanggar
aturan tersebut bisa tidak kembali lagi atau mendapat pengajaran lainnya. Hal
ini mengajarkan kepada kita bahwa sesunguhnya kita dapat menjaga unsur kesucian
gua tersebut dan menandakan bahwa tempat tersebut tidak dengan sembarangan
masuk tanpa taat terhadap aturan tradisi yang sudah disebutkan tadi . wale watu
opo rumengan menurut keterangan warga masyarakat sekitar yang bercocok tanam di
dekat area gua bahwa sangat angker dan menurut pengakuan mereka tidak
sembarangan orang yang bisa masuk kecuali orang orang tertentu misalnya para
tonaas dan pengikutnya dan misalnya dari jaman dulu sering para pelaku adat
melakukan pertapahan di gua itu dengan suatu tujuan tertentu . para tonaas di
sekitar gua susuripen tersebut biasanya setelah kembali pulang dari gua dengan
membawa air dan benda benda lain yang terdapat di dalam untuk dipakai dalam kepentingan
adat seperti yang sudah di sebut tadi WALE
WATU OPO RUMENGAN atau GUA SUSURIPEN terletak di perkebunan
kelurahan talete sekarang tepatnya di lereng gunung mahawu yang merupakan situs
cagar budaya adalah warisan para leluhur
tou minahasa khususnya di tombulu atau tomohon sekarang yang sangat unik
serta sangat potensial bagi kepariwisatawan sulut khususnya minahasa di tomohon
karena bila dapat di kelola dengan baik oleh pemerintah dalam hal ini pemkot
tomohon akan dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi yang sudah tentu
mendapat pemasukan pendapatan kota tomohon jadi hal ini merupakan salah satu asset
kepariwisatawan yang ada di tomohon namun sayangnya kenapa pemerintah setempat
sampai saat ini belum dapat mencover atau mendatakan situs tersebut padahal
sangat sangat POTENSIAL dan
merupakan ASET sejarah tou minahasa
khususnya di tombulu yang seharusnya di lestarikan . Wale Watu Opo Rumengan
tidak kalah bedah dengan gua maharani yang ada di kabupaten tuban jawa timur
yang sangat terkenal, unik dan punya nilai sejarah daerah itu dan benar-benar
mendapat perhatian serius pemerintah disana dan sangat menghipnotis para
wisatawan datang hanya melihat keindahan gua tersebut. Hal ini benar-benar
mendapat pemasukan khas daerah tuban melalui dinas pariwisata dan budaya setiap
tahunnya. Jadi kiranya pemerintah dapat mengambil contoh daerah lain seperti
yang sudah disebutkan tadi dan bila ini diwujudkan tidak menutup kemungkinan
Tomohon lebih dikenal khususnya disektor pariwisata dan menambah pemasukan khas
daerah tentu demikian sekilas mengenai Wale
Watu Opo Rumengan di gunung mahawu. Semoga kita mendapat hikmah dan
berbenah bukan hanya pemerintah tetapi juga kita sebagai masyarakat yang harus
ikut berjuang membatu demi kelestarian adat dan budaya Tou Minahasa.
Sumber : Minaesaan Tombulu SULUT
Sumber : Minaesaan Tombulu SULUT