

Selain
itu ditempat ini juga merupakan tempat perundingan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Watu Pahzaruen ini
merupakan suatu tempat yang sudah di sumpahkan dalam suatu Perjanjian apabila
ada suatu kejadian yang melanda di wilayah ini mereka harus bertemu dan
berkumpul untuk menyelesaikan masalahnya. Di wilayah ini pula merupakan wilayah
yang ditempati oleh keturunan Pinontoan
hingga menjadi suatu perkampungan pertama di Kakaskasen hingga sekarang.
Diantara ketiga batu besar yang saling menghadap ini ada terdapat batu yang
satunya sebagai Batu Pahzetaan atau
batu tempat Balapas (Bahasa Tombulu)
Pahwetengan yang biasanya diadakan Upacara-upacara Ritual untuk kuraban
syukuran kepada sang pencipta dengan mengucap syukur atas hasil panen berupa
tanaman tadi dan lain-lain yang di pimpin oleh seorang yang di angkat sebagai
pemimpin upacara adat atau Tonaas dan Walian. Dan sampai sekarang di tempat ini
masih di adakannya upacara-upacara adat oleh Tua-Tua kampung atau Tonaas dari berbagai tempat di
Kakaskasen maupun dari luar Kakaskasen. Selain wilayah ini merupakan suatu
perkampungan dan juga merupakan daerah persawahan untuk bercocok tanam serta
tempat untuk membuat kure-kure yang terbuat dari tanah liat karena di tempat
ini banyak terdapat bahan untuk membuat kure tersebut. Dan masa pembuatan kure
ini di mulai sejak pembuatan Waruga. Tempat pembuatan Waruga tidak jauh pula dari
perkampungan ini yang berada di sebelah barat dari warugadan buktinya masih
bisa kita melihat sampai sekarang.
Di wilayah ini banyak terdapat Batu Tumotowa dan juga merupakan tempat kuburan para Leluhur yang sempat hidup di perkampungan itu. Di sebelah selatan 3 batu utama ini terdapat batu berbentuk kepala Manguni, dan di sebelah barat Batu berbentuk huruf Y yang kononnya merupakan batu dari Opo Ziouw Kuruz dan satu Waruga dari Opo Ringkitan serta beberapa batu lainnya. Disamping itu dilokasi ini banyak terdapat pecahan- pecahan berupa kure yang terbuat dari tanah dan piring-piring keramik dari zaman Dinasti Cina yang sudah tidak utuh lagi. Menurut cerita awalnya ditemukannya 3 batu berhadapan / 3 batu baku mangada ini saat pencarian mata kampak tamako diwilayah ini oleh para leluhur dari keturunan pinontoan pada saat menebang pohon di wilayah yang namanya pahzahapen. Sampai ditemukan mata air dan mereka memilih untuk tinggal di wilayah ini sehingga menjadi suatu perkampungan, hingga meluas perkampungan ini sampai sekarang. Demikian sejarah adanya 3 batu baku dapa yang saling berhadapan yang di sebuat sebagai WATU PAHSARUEN NI EMPUNG KINASKAS. Dan wilayah ini berlokasi didekat pekuburan WARUGA NAWANUA atau tepatnya di belakang karmel ke arah selatan kira-kira 500 meter dan lokasi ini bernama Kebun Sarang di Kelurahan Kakaskasen Tiga.
SUMBER : MINAESAAN TOMBULU SULUT
Di wilayah ini banyak terdapat Batu Tumotowa dan juga merupakan tempat kuburan para Leluhur yang sempat hidup di perkampungan itu. Di sebelah selatan 3 batu utama ini terdapat batu berbentuk kepala Manguni, dan di sebelah barat Batu berbentuk huruf Y yang kononnya merupakan batu dari Opo Ziouw Kuruz dan satu Waruga dari Opo Ringkitan serta beberapa batu lainnya. Disamping itu dilokasi ini banyak terdapat pecahan- pecahan berupa kure yang terbuat dari tanah dan piring-piring keramik dari zaman Dinasti Cina yang sudah tidak utuh lagi. Menurut cerita awalnya ditemukannya 3 batu berhadapan / 3 batu baku mangada ini saat pencarian mata kampak tamako diwilayah ini oleh para leluhur dari keturunan pinontoan pada saat menebang pohon di wilayah yang namanya pahzahapen. Sampai ditemukan mata air dan mereka memilih untuk tinggal di wilayah ini sehingga menjadi suatu perkampungan, hingga meluas perkampungan ini sampai sekarang. Demikian sejarah adanya 3 batu baku dapa yang saling berhadapan yang di sebuat sebagai WATU PAHSARUEN NI EMPUNG KINASKAS. Dan wilayah ini berlokasi didekat pekuburan WARUGA NAWANUA atau tepatnya di belakang karmel ke arah selatan kira-kira 500 meter dan lokasi ini bernama Kebun Sarang di Kelurahan Kakaskasen Tiga.
SUMBER : MINAESAAN TOMBULU SULUT