Jumat, 13 Juli 2012

WATU PAHSARUEN KINASKAS KAKASKASEN TOMOHON



              Pada zaman dulu atau zaman Prasejarah terdapat suatu pekampungan tua di wilayah kakaskasen yakni namanya Kinaskas. Perkampungan ini tepatnya berada di sekitar pekuburan paling tertua di kakaskasen yang merupakan peninggalan dari Leluhur kita di masa kehidupan-nya, pekuburan tua inilah di sebut  Waruga Nawanua Kinaskas yang di perkirakan awal pembuatannya sejak abad ke-14. Jadi sebelum awal pembuatan Waruga sudah tentu adanya pekuburan yang hanya dari Bebatuan sebagai suatu tanda bahwa ini merupakan kuburan dari para Leluhur di masa itu atau di zaman Batu jadi Leluhur kita yang hidup di zaman itu merupakan zaman Batu atau di zaman sebelum adanya pembuatan Waruga, dan sebenarnya Leluhur yang tertua yakni karema dan anaknya Toar dan Lumimuut serta keturunan yang pertamanya itu tempat pemakamam hanya berupa bebatuan yang merupakan pertanda bahwa inilah kuburan mereka, namun bebatuan yang menjadi kuburan atau maka mereka waktu itu tidak di beri suatu tanda atau tulisan–tulisan untuk Leluhur siapa yang di maksudkan dari batu kuburan atau makam itu. Dan kalau ia mati kuburan atau makam Leluhur kita di zamannya sebelum pembuatan Waruga itu hanya di pilih yang kelihatan unik dengan corak bentuk dari pada batu tersebut untuk di jadikan kuburan atau makam mereka. Dan kuburan-kuburan dari batu ini yang bisa kita jumpai di beberapa wilayah di Kinaskas/Kakaskasen dan umumnya di Minahasa. Pekuburan berupa batu batuan ini juga terdapat di kompleks pekuburan Waruga dan juga di sekitarnya serta di beberapa tempat yang bersejarah misalnya di Watu Kameya, Rano Lewo, Pahzuwengan Sumanti, Watu Pahsaruan, Tihis Wuntu, Rano Pazu, dan di sekitar Pohon Damar yang sekarang masih hidup yang pohonnya tumbuh besar, juga di Watu Wulu yang namanya batu sarang dan masih banyak lagi. Salah satu yang banyak terdapat kuburan-kuburan dari bebatuan ini kita bisa jumpai apa yang di sebut Watu Pahsaruen yang lokasinya berada tidak jauh dari kompleks pekuburan tertua Waruga yakni kurang lebih berjarak 500 meter dari Waruga mengarah ke Timurnya dan wilayah ini disebut juga  Kebun Sarang karena pada zaman dulu wilayah ini terdapat banyak jenis burung-burung berkumpul selain burung Manguni, di Kebun Sarang inilah yang terdapat namanya 3 Batu Baku Dapa yang saling menghadap atau berhadapan atau disebut dan diberi nama oleh Leluhur waktu itu Watu Pahsaruen yang juga disebut sebagai batu perlambangan tempat pertemuannya para Leluhur waktu itu untuk menghadap dan Mengalei atau Meminta kepada sang pencipta, maka dari pada itulah Batu ini juga disebut Watu Pahsaruen Ni Empung. Dan menurut cerita di tempat inilah biasanya di adakan Upacara-upacara  adat untuk ucapan syukur kepada Tuhan Opo Empung (Bahasa Tombulu). Dari ketiga Batu Baku Dapa/menghadap ini melambangkan ketiga penguasa gunung yang termasuk juga di wilayah pusat tanah  Bahasa Tombulu Puzer In Tanah yakni Gunung Lokon Pinontoan, Gunung Mahawu Rumengan, dan gunung Soputan  Soputan yang juga merupakan Batu Tumotowa yang biasanya di gunakan sebagai Batu Meja Balapas Pahzetaan, ketiga penguasa gunung ini juga termasuk wilayah yang dinamakan SEMAKARUA ZIOUW.
                Selain itu ditempat ini juga merupakan tempat perundingan untuk menyelesaikan suatu masalah. Watu Pahzaruen ini merupakan suatu tempat yang sudah di sumpahkan dalam suatu Perjanjian apabila ada suatu kejadian yang melanda di wilayah ini mereka harus bertemu dan berkumpul untuk menyelesaikan masalahnya. Di wilayah ini pula merupakan wilayah yang ditempati oleh keturunan Pinontoan hingga menjadi suatu perkampungan pertama di Kakaskasen hingga sekarang. Diantara ketiga batu besar yang saling menghadap ini ada terdapat batu yang satunya sebagai Batu Pahzetaan atau batu tempat Balapas (Bahasa Tombulu) Pahwetengan yang biasanya diadakan Upacara-upacara Ritual untuk kuraban syukuran kepada sang pencipta dengan mengucap syukur atas hasil panen berupa tanaman tadi dan lain-lain yang di pimpin oleh seorang yang di angkat sebagai pemimpin upacara adat atau Tonaas dan Walian. Dan sampai sekarang di tempat ini masih di adakannya upacara-upacara adat oleh Tua-Tua  kampung atau Tonaas dari berbagai tempat di Kakaskasen maupun dari luar Kakaskasen. Selain wilayah ini merupakan suatu perkampungan dan juga merupakan daerah persawahan untuk bercocok tanam serta tempat untuk membuat kure-kure yang terbuat dari tanah liat karena di tempat ini banyak terdapat bahan untuk membuat kure tersebut. Dan masa pembuatan kure ini di mulai sejak pembuatan Waruga. Tempat pembuatan Waruga tidak jauh pula dari perkampungan ini yang berada di sebelah barat dari warugadan buktinya masih bisa kita melihat sampai sekarang.
               Di wilayah ini banyak terdapat Batu Tumotowa dan juga merupakan tempat  kuburan para Leluhur yang sempat hidup di perkampungan itu. Di sebelah selatan 3 batu utama ini terdapat batu berbentuk kepala Manguni, dan di sebelah barat Batu berbentuk huruf Y yang kononnya merupakan batu dari Opo Ziouw Kuruz dan satu Waruga dari Opo Ringkitan serta beberapa batu lainnya. Disamping itu dilokasi ini banyak terdapat pecahan- pecahan berupa kure yang terbuat dari tanah dan piring-piring keramik dari zaman Dinasti Cina yang sudah tidak utuh lagi. Menurut cerita awalnya ditemukannya 3 batu berhadapan / 3 batu baku mangada ini saat pencarian mata kampak tamako diwilayah ini oleh para leluhur dari keturunan pinontoan pada saat menebang pohon di wilayah yang namanya pahzahapen. Sampai ditemukan mata air dan mereka memilih untuk tinggal di wilayah ini sehingga menjadi suatu perkampungan, hingga meluas perkampungan ini sampai sekarang. Demikian sejarah adanya 3 batu baku dapa yang saling berhadapan yang di sebuat sebagai WATU PAHSARUEN NI EMPUNG KINASKAS. Dan wilayah ini berlokasi didekat pekuburan WARUGA NAWANUA atau tepatnya di belakang karmel ke arah selatan kira-kira 500 meter dan lokasi ini bernama Kebun Sarang di Kelurahan Kakaskasen Tiga.

SUMBER : MINAESAAN TOMBULU SULUT